Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 1

Penyiapan bahan dan alat : Jerami, pagar bambu, ember, terpal, tali dan dekomposer.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 2

Memasukkan jerami ke dalam kotak yang terbuat dari pagar bammbu secara bersap sambil dipadatkan, setiap sap kurang lebih 25 cm.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 3

Siramkan Dekomposer yang telah dilarutkan dalam air secara merata pada setiap sap sehingga kelembaban sekitar 60%.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 4

Tumpukan jerami telah penuh hingga sap terakhir, lepas pagar sebelum ditutup terpal.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 5

Tumpukan ditutup rapat, diikat lalu diberi beban agar terpal penutup mengikuti penyusutan jerami.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 6

Jerami diinkubasikan sambil diamati perkembangannya, proses fermentasi berlangsung ditandai dengan kenaikan suhu.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 7

Dua hari kemudian tumpukan jerami telah menyusut volumenya, periksa kelembaban jerami bila tidak ada tanda-tanda proses fermentasi.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 8

Lima hari setelah inkubasi penyusutan volume jerami semakin banyak dan kompos siap digunakan bila tumpukan jerami tidak panas lagi.

Saturday, July 23, 2011

PESTISIDA (Bagian 2)


Penggunaan pestisida secara bijaksana adalah kalimat paling sering terdengar saat memaparkan teknik pengendalian kimiawi. Prinsipnya bahwa pestisida sebagai alternatif pengendalian OPT harus digunakan secara tepat, tepat sasaran dan jenisnya, tepat dosis/konsentrasinya, tepat waktu dan tepat cara/aplikasinya. Selain efikasi pestisida (efektifitasnya terhadap OPT sasaran), yang menjadi pertimbangan lain dalam penggunaan pestisida adalah harga (efisiensi usaha tani). Apabila teknik pengendalian lain tidak mampu menurunkan populasi OPT secara cepat (ambang pengendalian) dan berimbas pada turunnya nilai ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan tanaman/kehilangan hasil (ambang ekonomi) akibat serangan OPT, maka penggunaan pestisida bisa direkomendasikan. Disamping itu, harga juga bisa dijadikan pertimbangan lain dalam pemilihan pestisida yang sejenis. Berkaitan dengan pemilihan pestisida yang akan digunakan untuk pengendalian OPT, alangkah baiknya mengenal penggolongan atau klasifikasi pestisida.


KLASIFIKASI PESTISIDA
Pengelompokan atau klasifikasi pestisida didasarkan atas beberapa macam cara. Menurut jasad sasarannya, pestisida dibagi atas beberapa macam kelompok, antara lain :
Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa nematode atau cacing-cacing parasit yang biasa menyerang perakaran tanaman. Contoh : Furadan 3 GR.
• Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain.
Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D.
Fungisida : racun yang digunakan untuk mengendalikan penyakit disebabkan oleh cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa akarina atau tungau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC, Samite 135 EC.
Bakterisida : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Staplex 10 WP).
• Dan lain-lain (Moluskisida, Avisida, Piscisida)

Dari cara penggunaannya, ada pestisida yang penggunaanya dengan disemprotkan, dibenamkan, ditaburkan, dioleskan, disuntikan dan lain-lain. Berdasarkan cara aksi atau cara masuknya pestisida dalam jasad sasaran (mode of action), ada beberapa kelompok pestisida, yaitu :
Racun perut/lambung : bahan racun akan merusak dalam jumlah besar dalam perut, usus atau sistem pencernaan jasad sasaran setelah pestisida masuk tertelan.
Racun kontak : pestisida yang bersifat membunuh atau mengganggu perkembangbiakan bila racun mengenai jasad sasaran, baik secara langsung mengenai tubuh sasarannya maupun karena tertinggal/menempel pada permukaan daun/bagian tanaman atau pada tempat-tempat yang biasa disinggahi OPT
Racun nafas : pestisida yang dapat meracuni jasad sasaran karena terhisap atau masuk ke dalam sistem pernafasannya. Bahan racun pestisida ini biasanya berbentuk gas atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan)
Racun syaraf : pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem syaraf jasad sasaran
Racun protoplasmik : racun yang bekerja dengan cara merusak protein dalam sel tubuh jasad sasaran
Racun sistemik : pestisida yang dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa meracuni. Jenis tertentu masuk menembus jaringan tanaman (translaminar).

Berdasarkan kandungan bahan kimia dan sintesisnya, pestisida dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yakni :
• Pestisida dengan bahan alami anorganik, contohnya : belerang dan kapur
• Pestisida dengan bahan alami organik, misalnya : produk mikrobia dan nabati
• Pestisida dengan bahan sintesis anorganik, seperti : prusi, Paris Green dan bubur bordeaux
• Pestisida dengan bahan sintesis organik : hidrokarbon berkhlor, siklodien, organofosfat, karbamat, piretroid sintetik, bensilfenil urea, triazin, berbagai jenis pemikat buatan, dll

Dari formulasinya, pestisida bentuknya bermacam-macam, antara lain :
1. Cair
a. Cairan yang dapat diemulsikan (Emulsifeable Concentrate/EC, Transparent Emulsion Concentrates/TEC)
b. Cairan yang dapat dilarutkan atau water-miscible liquids (Water-Soluble Concentrates/WSC, Liquid/L, Soluble Concentrates/SC, Soluble Liquid/SL)
2. Padat
a. Tepung, yang dapat dilarutkan (Water Soluble Powder/SP), yang dapat bercampur dangan air/alcohol (Wettable Powder/WP), dengan pelarut padat (Flowable/F atau Sprayable suspension/S)
b. Debu (Dust/D)
c. Butiran (Granule/G)
d. Umpan (Bait/B)

Selain itu, ada juga yang menggolongkan pestisida berdasarkan sifat-sifatnya, misalnya atraktan (menarik/pemikat, biasanya sebagai perangkap), repelen (menolak kehadiran), antifedan (tidak disukai untuk dimakan).

KODE DAN KOMPONEN PESTISIDA
Pestisida yang beredar dipasaran, dalam kemasannya dilengkapi dengan kode-kode baik berupa tulisan, simbol/warna maupun gambar (pictogram) yang menjelaskan kandungan, sifat, petunjuk penggunaan dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Setiap pestisida mencantumkan nama bahan aktif, formulasi, cara kerja, dosis atau konsentrasi serta cara penggunaannya.
Contoh : Winder 25 WP, Winder adalah merek dagangnya, 25 adalah kandungan bahan aktifnya (25%), WP adalah formulasinya (tepung). Di dalam kemasannya tertera juga bahan aktif (imidakloprid) serta dosis penggunaan pada jasad sasaran.
Agar lebih mengenal pestisida, perlu juga diketahui beberapa komponen yang terdapat di dalamnya (menyangkut sifat dan efikasinya) :
Bahan aktif adalah produk khemis yang mengandung kemampuan insektisidaladjuvant adalah bahan yang memperbaiki kualitas bahan formulasi insektisida (memperbaiki penetrasi/absorbsi)
agensi antidrift adalah senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi jumlah droplet halus hasil suatu noselkarier adalah bahan inert yang berfungsi sebagai pelarut atau matriks bagi bahan aktif
bahan kompatibel adalah bahan yang dapat dicampur bersama tanpa mempengaruhi sifat masing-masing bahan
agensi deflokulasi dipergunakan untuk mencegah penggumpalan/agregasi suatu padatan dalam larutan semprot.
emulsifier adalah bahan surfaktan yang dipergunakan untuk menstabilkan suspensi caira dalam cair (mis. minyak dalam air)
agensi pembusa adalah bahan kimia yang menyebabkan insektisida menghasilkan busa, sehingga mengurangi drift.
penetran merupakan bahan additif atau adjuvan yang membantu insektisida bergerak bebas pada permukaan luar jaringan tanaman
propelen adalah bahan inert dalam produk bertekanan (aerosol)
surfaktan adalah bahan yang membantu mengefektifkan bahan penyelaras permukaan sasaran (emulsifier, bahan pembasah)--ada yang non-ionik (eter poliglikol dan oksida polietilen) ada yang ionik (anionik: SDS/kationik)
suspensi adalah partikel halus yang dilarutkan ke dalam cairan (termasuk juga emulsi)

Saturday, July 9, 2011

PESTISIDA (Bagian 1)

Masih teringat kalimat dari seorang kawan, “tak kan pernah ada perselisihan bila kita bisa melihat dengan kacamata orang lain”. Kalimat itu sering terlintas setiap kali berpikir tentang “pestisida”. Bagi sebagian petani yang telah menerapkan organik dalam budidayanya, pestisida (red-pestisida sintetik) seperti senjata yang tak perlu diakrabi. Namun buat petani lain justru paling sering ditanyakan ketika komoditas usaha taninya terserang OPT. Maka bila mereka bersanding dan duduk bersama, yang terjadi bisa saling diam atau mungkin perdebatan. Satu hal yang masih menjadi kendala dalam menanamkan kesadaran penggunaan pestisida secara bijaksana adalah pemahaman tentang pestisida secara utuh (kelemahan dan kelebihan). Albert Enstein tak berpikir teori relativitasnya akan berbuah bom atom yang sangat menghancurkan. Namun bukan berarti nuklir tak berguna. Sesuatu akan menjadi berarti bila digunakan semestinya, pada saat yang tepat dan tempat yang sesuai.

Demikian pula dengan pestisida, diperlukan untuk menyelamatkan tanaman budidaya bila musuh alami tak mampu menekan kerusakan akibat populasi OPT terlalu padat. Dalam era pembangunan pertanian dimana program intensifikasi menjadi titik beratnya, peningkatan populasi OPT sangat mungkin terjadi karena tanaman inangnya (host) selalu tersedia. Seperti diketahui bahwa sifat penekanan populasi oleh musuh alami berlangsung lama, sehingga pada komoditas tertentu yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, keterlambatan dalam pengendalian bisa mengakibatkan kerugian.

Sejarah perkembangan pestisida

Dari artinya, pestisida adalah semua bahan atau campurah bahan, baik kimia maupun biologi yang digunakan untuk mengendalikan (sida=cide=membunuh) jasad pengganggu (pest). Pada masa sebelum masehi, telah dikenal bongkah belerang sebagai fumigan dan penggunaan batu empedu kadal untuk membunuh cacing. Menjelang abad X masehi, bangsa cina telah menggunakan senyawa arsenik untuk membunuh serangga. Pada tahun 1700 – 1800, telah digunakan racun nikotin, piretrin dan rotenon. Pada era 1800 – 1900 telah ditemukan produk-produk petroleum, pestisida anorganik (CS2, HCN dan senyawa tembaga), serta penemuan senyawa organosintetik (2,4 –dinitro-6-cresol). Pada tahun 1930 – 1950, pestisida organik berkembang pesat (DDT dan derivatnya). Setelah tahun 1950, banyak pengembangan pestisida baru (golongan karbamat, piretroid sintetik dan sejenis hormon juvenil). Dewasa ini, pengembangan pestisida mengarah pada pengembangan bahan alam dan sintesis terarah yang bersifat atraktan, repelen atau yang berupa Zat Pengatur Tubuh Serangga (Insect Growth Regulator).

Dalam buku Pestisida untuk Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang diterbitkan oleh Komisi Pestisida, hingga tahun 2010 ada 2048 merek dagang pestisida yang terdaftar di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah Zat Pengatur Tumbuh. Jumlah yang tak sedikit untuk menentukan kata “TEPAT” dalam menggunakan pestisida.

(bersambung)

Wednesday, July 6, 2011

MADU SINGKONG

Tentang Madu Singkong


Tulisan ini bersumber pada materi Pelatihan Pangan Olahan Non Beras/Non Terigu yang sajikan oleh Bapak Fachruddien Abdul Syukur, SP. Beliau adalah guru SMK Negeri 2 Slawi, salah satu staf pengajar di Program Studi Agribisnis Hasil Pertanian. Sebuah bahan presentasi yang menggerakkan untuk ditulis ulang dan dipublikasikan agar lebih banyak yang mengetahui. Diakui atau tidak, kenyataannya petani atau pelaku utama mengetahui suatu teknologi setelah beberpa tahun sejak ditemukan/dikembangkan oleh para peneliti atau lembaga penelitian/penkajian teknologi. Tidak berharap banyak, semoga tulisan ini bisa menjadi referensi buat teman-teman petani dalam mengelola usaha taninya (pengolahan hasil). Bagi para penyuluh dan pemerhati dunia pertanian, mudah-mudahan menjadi tambahan pengetahuan. Dan buat teman-teman yang telah mengetahuinya, silahkan dilengkapi bila banyak kekurangannya. Semoga bermanfaat.

Madu merupakan suplemen yang sangat berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Buat anak-anak bisa membantu pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak. Bagi yang telah dewasa dan para orang tua, madu dapat menambah stamina tubuh dan meningkatkan vitalitas. Komposisi utama madu adalah glukosa, suatu kabohidrat yang dapat langsung diserap usus dan didistribusikan ke seluruh tubuh sebagai sumber energi.

Singkong adalah sumber utama karbohidrat bagi sebagian penduduk Indonesia setelah beras dan jagung. Karbohidrat yang ada di dalam singkong berupa pati yang dengan bantuan enzim dan pengaturan suhu yang tepat dapat dirubah menjadi glukosa.
Madu singkong adalah glukosa hasil penguraian pati dari singkong. Madu singkong dapat langsung dikonsumsi sebagai suplemen dan sumber energi, juga dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan bioetanol, bahan permen, kecap, roti dan banyak lagi olahan dari madu singkong.

Singkong Segar

Singkong atau ubi kayu mempunyai nama daerah yang bermacam-macam. Masyarakat Jawa ada yang menyebut telo, pohung, bodin dan lain-lain. Di Jawa Barat (sunda) istilah singkong biasa disebut sampeu, huwi dangdeur atau juga huwi jendral. Penduduk Ambon menyebutnya kasbek dan orang Padang mengenal dengan istilah lain umbi perancis.

Untuk mendapatkan madu singkong yang baik mesti menggunakan singkong segar dengan kandungan pati yang cukup tinggi. Beberapa varietas singkong unggul yang direkomendasikan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan antara lain :
• Adira-4, umur tanaman sekitar 8 bulan, potensi hasil 25 – 40 ton/Ha, kadar pati 25 – 30%
• Malang-6, umur tanaman 9 bulan, rata-rata produksi 36,4 ton/Ha,kadar pati 25 – 32%
• UJ-3, umur 8 bulan, produksi 30 – 40 ton/Ha, kadar pati 25 – 30%
• UJ-5, umur berkisar 9 – 10 bulan, potensi hasil 25 – 38 ton/Ha dengan kadar pati 20 – 30%

Keunggulan dari keempat varietas tadi adalah daunnya tidak mudah gugur pada saat kekeringan (musim kemarau), adaptif terhadap tanah ber-pH tinggi atau rendah serta memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi pada lingkungan padat populasi (persaingan dengan gulma maupun tanaman lain bila ditanam dengan pola tumpang sari).
Singkong segar yang baik bisa didapat dari tanaman yang dibudidayakan dengan baik serta dipanen pada waktunya dan dengan penanganan yang baik pula. Beberapa hal yang berkaitan dengan keduanya, yaitu :
• Menggunakan bibit baik, bibit berupa stek yang berasal dari batang tengah yang sudah berkayu, panjang 15-20 cm, berdiameter 2-3 cm, tanpa penyimpangan dan bagian ujungnya tidak percah atau terbelah (pemotongan menggunakan gergaji dengan alas batang pisang)
• Agar akar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta terdistribusi secara merata, stek ditanam secara vertikal dengan kedalaman hingga 15 cm.
• Sebelum dipanen, potong batang singkong dan sisakan sekitar 10 cm dari pangkalnya untuk memudahkan pencabutan.
• Cabut tanaman dengan tangan atau pengungkit sehingga umbi dapat diangkat keluar dari tanah

Pembuatan Madu Singkong

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan madu singkong
1. Pisau
2. Bak cucian
3. Mesin pemarut
4. Mesin pengaduk
5. Panci stainless steel
6. Pemanas elektrik

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Singkong
2. Alpha amylase
3. Gluco amylase
4. Arang aktif
5. Kain saring

Proses pembuatan madu singkong (untuk 1 kg)
• Kupas singkong segar dan ambil satu kilogram
• Cuci singkong yang telah dikupas dengan air bersih
• Hancurkan dengan mesin pemarut
• Tambahkan 500 ml air kemudian diaduk dan disaring
• Tambahkan lagi 500 ml air pada ampas kemudian diaduk dan disaring
• Tampung kedua santan hasil perasan di atas pada panci stainless steel
• Tambahkan 1 ml enzim alpha amylase dan aduk hingga homogen
• Panaskan sambil tetap diaduk hingga suhu mencapai 80-90 derajat celcius dan pertahankan selama 1 jam
• Turunkan suhunya sehingga 60 – 70 derajat celcius
• Tambahkan dengan 1 ml enzim gluco amylase dan aduk secara merata
• Pertahankan suhu 60 – 70 derajat celcius selama 24 jam
• Tambahkan arang aktif 2 gram dan diaduk secara merata selama 30 menit
• Saring menggunakan kertas saring atau saringan bertekanan
• Panaskan hasil penyaringan tadi sehingga suhu mencapai 80 – 90 derajat celcius sampai volumenya berkurang sepertiga bagian dan cairan menjadi kental
• Larutan kental ini adalah madu singkong yang diinginkan
• Kemas madu singkong dalam botol atau plastik

Uji Mutu Madu Singkong

Dengan pengujian secara fisik (tekstur berupa cairan kental), pengujian secara kimia (kandungan pati negatif, derajat keasaman 5,5, specific gravity 1,482 dan indeks rafratifnya 1,482) serta pengujian secara organoleptik (rasa manis) didapatkan hasil bahwa derajat penerimaan konsumen adalah baik atau dengan kata lain aman dikonsumsi dan bisa diterima konsumen.

Renungan

Rasanya tidak wajar di negeri yang memiliki potensi sumber daya alam luar biasa ini sampai miskin penduduknya. Betapa tidak, kekayaan mineral dan bahan tambang yang melimpah, minyak bumi, ikan dan hasil laut, kayu dan hasil hutan tropis lain serta hasil bumi dan keanekaragaman botani yang begitu banyak. Belum lagi cerita keindahan alam yang mempesona, kekhasan budaya dan adat penduduknya, serta peradaban kuno yang bernilai seni tinggi. Ini menjadi daya tarik luar biasa buat dunia pariwisata jika dikembangkan dan dikelola dengan bijaksana.

Namun kenyataan berkata lain, kesenjangan kaya dan miskin begitu lebar, banyak penduduk miskin di negeri ini yang tak mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat atas, tak bisa memenuhi kebutuhan gizi keluarganya dan bahkan tidak sanggup memberikan asupan makanan yang cukup setiap harinya. Bagi yang menyaksikan ini, tentu akan bertanya “Bagaimana ini bisa terjadi? Apa mereka luput dari perhatian negara?”.

Sementara di tempat lain, apartemen mewah tumbuh dimana-mana menggusur perkampungan-perkampungan kecil. Pasar-pasar swalayan, mall dan hypermarket menjamur memanjakan para warga yang kerasukan modernisasi dan budaya konsumtif. Demikian juga perkembangan dunia otomotif yang melesat cepat, sepeda motor, mobil bahkan kendaraan mewah laku bak kacang goreng di negeri ini. Kontras, buat mereka bisa merasakan ini semua, pasti tak akan percaya masih ada penduduk di negeri ini yang kelaparan, hidup tak normal akibat gangguan gizi, anak-anak usia sekolah berhamburan di jalan raya pada pagi dan siang hari untuk mengais rezeki.

Ini fakta, entah karena kebijakan pembangunan yang tak menyentuh pada akar permasalahan, keadilan dan pemerataan yang tak berpihak bagi kaum proletar, sikap ketidakpedulian warga terhadap kondisi-kondisi seperti ini, mental penduduknya yang mudah terbuai oleh kekayaan alam, sikap malas karena alam masih memberikan kebutuhannya ataukah karena kebodohan yang telah tertanam sejak penjajahan dulu?

Takkan habis bila didiskusikan di tempat ini, pun tidak memecahkan masalah apa-apa jika hanya dibahas, dibahas dan dibahas tanpa ada aksi konkret penduduknya. Ada hal-hal yang mungkin sepele tapi bisa dilakukan dan dapat membantu mengurai kekusutan permasalahan kesenjangan pendapatan warga yang hidup bawah garis kemiskinan dan warga yang berkecukupan. Bagi kaum marginal, “teruslah berusaha dan berikan sentuhan teknologi dalam setiap karyanya, semoga bisa meningkatkan nilai ekonomi dan daya saingnya”. Sementara buat lainnya “berikan apresiasi yang lebih terhadap produk dalam negeri, perhatian dan dukungan kita akan memberikan branded bagi hasil kerja keras saudara kita”

Sunday, July 3, 2011

FASE / STADIA PERTUMBUHAN TANAMAN PADI


Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman padi adalah pemeliharaan (teknik budidaya). Buat petani, cara bercocok tanam bukan hal yang sulit, namun untuk memelihara tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangannya baik tidaklah gampang. Bisa jadi pengalaman dari kebiasaan usaha tani adalah kunci keberhasilan untuk memperoleh produktivitas tanaman yang tinggi. Meski demikian, buat kita yang masih baru menekuni dunia pertanian tentu tak berharap harus melewati waktu yang cukup panjang untuk mendapatkan guru yang terbaik (pengalaman) itu.

Ada pendekatan yang cukup efektif untuk menentukan tindakan budidaya yang tepat yaitu dengan memahami fase pertumbuhan tanaman padi, sedari penyemaian benih hingga panen. Setiap fase pertumbuhan mempunyai kekhasan yang dengannya kita bisa mengetahui saat-saat penting (kritis) bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, memahami kebutuhan tanaman ketika itu dan tindakan perlindungan sehingga setiap fase bisa berlangsung dengan baik.


Fase-fase pertumbuhan tanaman padi berikut disajikan berdasarkan informasi/data dan karakteristik IR64, varietas unggul berdaya hasil tinggi, semidwarf (tinggi sedang), namun secara umum berlaku juga untuk varietas lainnya.
Secara garis besar, fase pertumbuhan tanaman padi dibagi menjadi 2 (dua) bagian yakni fase vegetatif dan fase generatif, namun ada yang membagi lagi fase generatifnya menjadi fase reproduktif dan pematangan.

Di daerah tropis, fase reproduktif berlangsung lebih kurang 35 hari , sedangkan fase pematangannya sekitar 30 hari. Perbedaan umur tanaman ditentukan oleh perbedaan panjang fase vegetatif. Sebagai contoh, IR64 yang matang dalam 120 hari mempunyai fase vegetatif 55 hari, sedangkan varietas berumur dalam yang matang dalam 150 hari fase vegetatifnya 85 hari.

FASE VEGETATIF


Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai).

Tahap Perkecambahan benih (germination)

Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.

Tahap Pertunasan (seedling stage)

Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini.

Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.

Tahap Pembentukan anakan (tillering stage)

Setelah kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya hingga anakan maksimal.

Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai. Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari.
Pada tanaman yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah tanam.



Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk tidak produktif.

FASE GENERATIF



Fase Reproduktif

Tahap Inisiasi Bunga / Primordia (Panicle Initiation)


Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan inisiasi bunga (panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery cone) panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang hingga bentuk malai terllihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat dibedakan.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut bunting sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).

Tahap Bunting (booting stage)

Bunting terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar tanaman.

Tahap Keluar Malai (heading stage)

Tahap selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Akhir fase ini adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan.

Tahap Pembungaan (flowering stage)

Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur gelap dalam ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary.

Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif.
Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan nonproduktif.

Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan (setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung sekitar 35 hari. Pemberian zat pengatur tumbuh atau penambahan hormon tanaman (pythohormon) berupa gibberlin (GA3) dan pemeliharaan tanaman dari serangan penyakit sangat diperlukan pada fase ini. Perbedaan lama periode fase reproduktif antara padi varietas genjah maupun yang berumur panjan tidak berbeda nyata. Ketersediaan air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap terakhir diharapkan bisa tergenang 5 – 7 cm.

Fase Pemasakan / Pematangan

Tahap matang susu ( Milk Grain Stage )

Tiga tahap akhir pertumbuhan tanaman padi merupakan fase pemasakan. Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit. Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 – 7 cm.

Tahap gabah ½ matang (dough grain stage)

Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.

Tahap gabah matang penuh (Mature Grain Stage)

Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap ini air tidak diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering.

Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites