Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 1

Penyiapan bahan dan alat : Jerami, pagar bambu, ember, terpal, tali dan dekomposer.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 2

Memasukkan jerami ke dalam kotak yang terbuat dari pagar bammbu secara bersap sambil dipadatkan, setiap sap kurang lebih 25 cm.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 3

Siramkan Dekomposer yang telah dilarutkan dalam air secara merata pada setiap sap sehingga kelembaban sekitar 60%.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 4

Tumpukan jerami telah penuh hingga sap terakhir, lepas pagar sebelum ditutup terpal.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 5

Tumpukan ditutup rapat, diikat lalu diberi beban agar terpal penutup mengikuti penyusutan jerami.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 6

Jerami diinkubasikan sambil diamati perkembangannya, proses fermentasi berlangsung ditandai dengan kenaikan suhu.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 7

Dua hari kemudian tumpukan jerami telah menyusut volumenya, periksa kelembaban jerami bila tidak ada tanda-tanda proses fermentasi.

Pembuatan Kompos Jerami : Gambar 8

Lima hari setelah inkubasi penyusutan volume jerami semakin banyak dan kompos siap digunakan bila tumpukan jerami tidak panas lagi.

Friday, August 5, 2011

PENYAKIT BUSUK LEHER


Tidak diperkirakan sebelumnya, tanaman padi yang tumbuh dan berkembang baik pada awal pertumbuhannya mendadak rusak ketika memasuki pertengahan fase pengisian (dough grain stage) oleh karena serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur penyebab penyakit blas yang menyerang pada fase ini menyebabkan pangkal malai membusuk (disebut juga penyakit busuk leher). Infeksi pada malai yang baru keluar mengakibatkan bulir hampa (gejalanya mirip beluk oleh penggerek batang). Sedangkan infeksi susulan menjadikan gabah tidak terisi penuh dan akhirnya kering sebelum gabah masak secara fisiologis.

Sedikit ilustrasi tersebut menggambarkan betapa meruginya petani apabila penyakit ini menyerang tanaman padi. Dampak secara langsung adalah produktivitas tanaman tidak bisa optimal (dalam banyak referensi menyebutnya terjadi penurunan produksi hingga 70%). Perbedaan tingkat serangan dapat menurunkan hasil (secara kuantitas) 30 – 50%. Akibat lain dari serangan penyakit ini adalah bahwa bulir yang tidak terisi penuh atau belum masak secara fisiologis menjadikan persentase beras pecah dan beras kapur lebih banyak. Kerugian secara kualitatif ini mengakibatkan nilai ekonominya turun.


Kejadian ini memang tidak diduga sebelumnya mengingat pada pertumbuhan vegetatifnya tak tampak gejala serangan Pyricularia oryzae pada daun yang dicirikan dengan adanya bercak belah ketupat pada daun. Pemberian pupuk juga tidak banyak apalagi berlebihan, demikian juga suhu yang panas dipadukan dengan sistem tanam jajar legowo sangat sedikit memberi peluang bagi perkembangan cendawan ini. Pengendalian secara biologis menggunakan jamur antagonis (Trichoderma sp.) pun telah diupayakan untuk menghambat perkembangan jamur-jamur patogenik. Jadi ketika terjadi serangan penyakit busuk leher yang cukup tinggi, bisa disimpulkan bahwa permasalahannya pada ketehanan genetik tanaman alias varietasnya rentan terhadap penyakit blas.

Pyricularia oryzae

Dengan pertimbangan resiko yang diakibatkan serangan penyakit blas, maka untuk mengetahui teknik pengendalian terpadu perlu mengenal terlebih dahulu penyebab penyakit blas/bercak belah ketupat atau penyakit busuk leher.

Bioekologi

Cendawan ini mempunyai konidiofor panjang bersekat, jarang yang bercabang, tunggal, berwarna kelabu dan membentuk konidium yang berbentuk bulat telur dengan ujung runcing. Jamur ini menghasilkan enzim proteolitik untuk mempermudah menembus dinding sel tanaman inang. Konidianya berbentuk seperti buah alpokat dan bersel tiga, lepas dari tangkainya pada malam hari saat ada embun dan angin. Penyebarannya bisa melalui benih dan angin. Sisa-sisa tanaman dan inang alternatifnya menjadi sumber penularan bagi pertanaman padi berikutnya, karena miselia jamur ini dapat bertahan selama setahun. Spora yang berasal dari tanaman terinfeksi dapat menyebar dan dalam jarak 2 km dari inokulum awal masih bisa menginfeksi tanaman sehat.
Fase penetrasi spora cendawan ini cukup singkat sekitar 6 jam, menginfeksi melalui stomata dan periode laten untuk memproduksi kembali spora juga sangat pendek yaitu 4 hari. Dalam setiap bercak bisa menghasilkan 2000 – 6000 spora setiap hari yang berlangsung selama 10 – 14 hari.

Faktor pembatas

Faktor yang mempengaruhi perkembangan Pyricularia oryzae adalah suhu dan kelembapan. Jamur ini tumbuh dan berkembang baik pada suhu 28 derajat celcius dengan kelembapan sekitar 90%. Selain kedua faktor itu, pemicu lainnya adalah pemberian pupuk nitrogen yang tinggi menyebabkan ketersediaan nutrisi dan lemahnya jaringan tanaman sehingga mudah bagi jamur untuk menginfeksi tanaman.

Gejala serangan


Jamur yang menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher).

Teknik pengendalian

Dengan potensi biologi yang sangat cepat berkembang biak pada kondisi idealnya, maka kewaspadaan terhadap serangan penyakit blas menjadi dasar untuk menentukan teknik pengendaliannya. Dari sedikit uraian di atas, maka strategi untuk mengendalikan penyakit blas dan busuk leher antara lain :
Sanitasi lahan dari sumber infeksi, membakar jerami tanaman yang terserang penyakit serta membersihkan gulma atau inang alternatifnya.

Penggunaan varietas tahan

Perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif Trycyclazole, Pyoguilon dan Benomyl

Pengaturan jarak tanam, tanaman yang terlalu rapat menyebabkan pertanaman rimbun dan iklim mikronya menjadi lembab.

Pemupukan berimbang

Penggunaan agensia hayati, jamur antagonis seperti Trichoderma harzianum, Chaetomium globosum dan Gliocladium roseum dapat menghambat perkembangan Pyricularia oryzae

Penyemprotan dengan fungisida yang berbahan aktif Edifenphos, Tetraclorophthalide, Kasugamycine, Isopprotionalane atau perpaduan benomyl dan mancozeb

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites