Istilah Pemupukan Berimbang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Namun sering kali pemaknaan istilah dalam pemupukan padi sawah tersebut masih belum pas (bukan salah) dengan maksud yang terkandung di dalamnya. Sebagian petani masih beranggapan bahwa produksi tanaman tergantung dengan pupuk, sedangkan pemupukan berimbang diartikan sebagai pemupukan yang lengkap (Urea, TSP/SP-36, KCl dan ZA), sementara unsur hara mikro tidak banyak diperhatikan. Ini tentu kurang tepat karena meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, unsur hara mikro (terutama unsur hara mikro esensial) mempunyai peranan penting dalam metabolisme dan proses fisiologis tanaman yang ujungnya berpengaruh terhadap produksi tanaman.
Konsep Pemupukan Berimbang dalam budidaya padi sawah harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
~ Status hara tanah
~ Kebutuhan tanaman, dan
~ Target hasil
Dengan demikian, prinsip berimbang dalam pemupukan padi sawah adalah keseimbangan antara ketersediaan hara yang ada dalam media tumbuh (tanah sawah) dan kebutuhannya bagi tanaman padi.
Dalam hal ini, Justus Von Leibig mengilustrasikan hubungan antara ketersediaan unsur hara dan produksi dengan “Hukum Minimum Leibig” dimana hasil atau produksi tanaman ditentukan oleh ketersediaan hara paling sedikit
.
.
Jika digambarkan sebuah bejana yang terbuat dari papan dan berisikan air, dimana air merupakan representasi produksi tanaman, lebar papan menyatakan banyaknya unsur hara yang dibutuhkan tanaman, sedangkan tinggi papan menggambarkan ketersediaannya di lapangan, maka produksi tanaman ditentukan oleh unsur hara yang paling sedikit jumlahnya (papan yang paling pendek). Sementara itu, bejana mampu menampung banyak air bila tinggi semua papan penyusun bejana di atas air. Artinya bahwa ketersediaan unsur hara dalam tanah sesuai kebutuhan tanaman, sehingga produksinya bisa optimal sesuai potensinya.
Idealnya status hara tanah diketahui melalui analisa laboratorium, namun untuk ini butuh biaya yang tidak murah. Pendekatan lain bisa dilakukan dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Ini pun cukup sulit karena keterbatasan alat PUTS dan pereaksinya. Hal yang mungkin bisa dilakukan oleh petani adalah dengan pendekatan Petak OMISI.
Hal yang perlu diketahui berkaitan dengan ketersediaan hara dalam tanah adalah sumbernya. Bahwasanya ketersediaan unsur hara, baik makro maupun mikro yang ada dalam tanah bersumber dari :
1. Tanah, setiap jenis tanah memiliki kekhasan kandungan unsur hara.
2. Air irigasi, keanekaragaman jenis dan jumlah unsur hara yang terbawa oleh air irigasi tidak sama dengan air yang berasal dari tanah
3. Hujan, air hujan yang sampai ke permukaan tanah bisa juga mengikat unsur-unsur tertentu yang ada di atmosfir
4. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman maupun kotoran hewan/binatang ternak
Salah satu dampak negatif dari kebijakan revolusi hijau adalah penggunaan lahan secara intensif tanpa upaya konservasi lahan, sisa-sisa tanaman dibakar untuk mempercepat waktu tanam, sementara pemberian kotoran hewan/binatang ternak dianggap tidak praktis, sehingga mengakibatkan kandungan bahan organik dalam tanah sangat rendah, tanah berkurang kesuburannya dan tinggat produktivitasnya menurun.
Dalam praktek budidaya tanaman padi sawah, pemberian pupuk harus mempertimbangkan jenisnya, jumlah atau dosisnya serta waktu pemberian. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisien, maka petani (pelaku usaha tani) sebaiknya mengupayakan :
~ Mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah, kecuali bila dimaksudkan untuk mengendalikan serangan OPT
~ Menambahkan kotoran hewan/binatang ternak untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah
~ Disarankan menggunakan Pupuk Pelengkap Cair (PPC) yang kandungan unsur mikronya lengkap
~ Mengukur status hara tanah menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
~ Menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dalam pemberian Nitrogen (N)
Berikut ini contoh rekomendasi pemupukan padi sawah dengan beberapa asumsi sebagai berikut :
~ Hasil uji tanah sawah menggunakan PUTS, diketahui :
o Status hara P (phospat) : sedang s/d rendah
o Status hara K (Kalium) : rendah
o Derajat keasaman : netral
~ Pengamatan Bagan Warna Daun (BWD)
o Umur 21 – 28 hst : 3,5 (antara 3 dan 4)
o Umur 35 – 40 hst : ≥ 4
~ Target hasil yang akan dicapai : 8 ton GKG
Maka, kebutuhan hara :
~ Nitrogen (N) : 120 – 130 kg
o Pemupukan I (0 – 14 hst) : 40 – 50 kg
o Pemupukan II (21 – 28 hst) : 57 kg
o Pemupukan III (35 – 40 hst) : 23 kg
~ Phosphat (P) : 50 – 60 kg
~ Kalium (K) : 30 – 40 kg
JENIS PUPUK DAN ALTERNATIF PEMUPUKAN | KEBUTUHAN PUPUK | N | P | K | S | ||||
per Ha | per ¼ bau | 120 - 130 | 50 - 60 | 30 - 40 | 10 | ||||
1 | UREA | 240 | 40 | 110.4 | - | - | - | ||
ZA | 90 | 15 | 18.9 | - | - | 9.0 | |||
SP-36 | 150 | 25 | - | 54.0 | - | - | |||
KCL | 60 | 10 | - | - | 36.0 | - | |||
Jumlah | 129.3 | 54.0 | 36.0 | 9.0 | |||||
2 | NPK KUJANG | 390 | 65 | 117.0 | 23.4 | 31.2 | - | ||
UREA | - | - | - | - | - | - | |||
ZA | 60 | 10 | 12.6 | - | - | 6.0 | |||
SP-36 | 90 | 15 | - | 32.4 | - | - | |||
KCL | - | - | - | - | - | - | |||
Jumlah | 129.6 | 55.8 | 31.2 | 6.0 | |||||
3 | NPK PHONSKA | 270 | 45 | 40.5 | 40.5 | 40.5 | 27.0 | ||
UREA | 180 | 30 | 82.8 | - | - | - | |||
ZA | - | - | - | - | - | - | |||
SP-36 | 36 | 6 | - | 13.0 | - | - | |||
KCL | - | - | - | - | - | - | |||
Jumlah | 123.3 | 53.5 | 40.5 | 27.0 |
3 comments:
Pak,saya petani pemula dan ingin tanam padi ciherang. Saya berencana hny pake urea dan phonska. Untuk sawah 1 ha,brp kilogram urea dan phonska yg dibutuhkan? Brp kali aplikasi? Trima ksh.
silahkan pakai alternatif yg ketiga
Ijin copas tulusan utk berbagi ilmu dg petani gan...
Post a Comment
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam