Penggunaan pestisida secara bijaksana adalah kalimat paling sering terdengar saat memaparkan teknik pengendalian kimiawi. Prinsipnya bahwa pestisida sebagai alternatif pengendalian OPT harus digunakan secara tepat, tepat sasaran dan jenisnya, tepat dosis/konsentrasinya, tepat waktu dan tepat cara/aplikasinya. Selain efikasi pestisida (efektifitasnya terhadap OPT sasaran), yang menjadi pertimbangan lain dalam penggunaan pestisida adalah harga (efisiensi usaha tani). Apabila teknik pengendalian lain tidak mampu menurunkan populasi OPT secara cepat (ambang pengendalian) dan berimbas pada turunnya nilai ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan tanaman/kehilangan hasil (ambang ekonomi) akibat serangan OPT, maka penggunaan pestisida bisa direkomendasikan. Disamping itu, harga juga bisa dijadikan pertimbangan lain dalam pemilihan pestisida yang sejenis. Berkaitan dengan pemilihan pestisida yang akan digunakan untuk pengendalian OPT, alangkah baiknya mengenal penggolongan atau klasifikasi pestisida.
KLASIFIKASI PESTISIDA
Pengelompokan atau klasifikasi pestisida didasarkan atas beberapa macam cara. Menurut jasad sasarannya, pestisida dibagi atas beberapa macam kelompok, antara lain :
• Insektisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa serangga. Contoh : Bassa 50 EC Kiltop 50 EC dan lain-lain.
• Nematisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas jasad pengganggu yang berupa nematode atau cacing-cacing parasit yang biasa menyerang perakaran tanaman. Contoh : Furadan 3 GR.
• Rodentisida : yaitu racun yang digunakan untuk memberantas binatang-binatang mengerat, seperti misalnya tupai, tikus. Contoh : Klerat RM, Racumin, Caumatatralyl, Bromodoiline dan lain-lain.
• Herbisida : adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma (tanaman pengganggu). Contoh : Ronstar ODS 5/5 Saturn D.
• Fungisida : racun yang digunakan untuk mengendalikan penyakit disebabkan oleh cendawan (jamur). Contoh : Rabcide 50 WP, Kasumin 20 AB, Fujiwan 400 EC, Daconil 75 WP, Dalsene MX 2000.
• Akarisida : yaitu racun yang digunakan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang berupa akarina atau tungau. Contoh : Mitac 200 EC, Petracrex 300 EC, Samite 135 EC.
• Bakterisida : yaitu pestisida yang digunakan untuk mengendalikan penykit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Contoh : Ffenazin-5-oksida (Staplex 10 WP).
• Dan lain-lain (Moluskisida, Avisida, Piscisida)
Dari cara penggunaannya, ada pestisida yang penggunaanya dengan disemprotkan, dibenamkan, ditaburkan, dioleskan, disuntikan dan lain-lain. Berdasarkan cara aksi atau cara masuknya pestisida dalam jasad sasaran (mode of action), ada beberapa kelompok pestisida, yaitu :
• Racun perut/lambung : bahan racun akan merusak dalam jumlah besar dalam perut, usus atau sistem pencernaan jasad sasaran setelah pestisida masuk tertelan.
• Racun kontak : pestisida yang bersifat membunuh atau mengganggu perkembangbiakan bila racun mengenai jasad sasaran, baik secara langsung mengenai tubuh sasarannya maupun karena tertinggal/menempel pada permukaan daun/bagian tanaman atau pada tempat-tempat yang biasa disinggahi OPT
• Racun nafas : pestisida yang dapat meracuni jasad sasaran karena terhisap atau masuk ke dalam sistem pernafasannya. Bahan racun pestisida ini biasanya berbentuk gas atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan)
• Racun syaraf : pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem syaraf jasad sasaran
• Racun protoplasmik : racun yang bekerja dengan cara merusak protein dalam sel tubuh jasad sasaran
• Racun sistemik : pestisida yang dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa meracuni. Jenis tertentu masuk menembus jaringan tanaman (translaminar).
Berdasarkan kandungan bahan kimia dan sintesisnya, pestisida dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yakni :
• Pestisida dengan bahan alami anorganik, contohnya : belerang dan kapur
• Pestisida dengan bahan alami organik, misalnya : produk mikrobia dan nabati
• Pestisida dengan bahan sintesis anorganik, seperti : prusi, Paris Green dan bubur bordeaux
• Pestisida dengan bahan sintesis organik : hidrokarbon berkhlor, siklodien, organofosfat, karbamat, piretroid sintetik, bensilfenil urea, triazin, berbagai jenis pemikat buatan, dll
Dari formulasinya, pestisida bentuknya bermacam-macam, antara lain :
1. Cair
a. Cairan yang dapat diemulsikan (Emulsifeable Concentrate/EC, Transparent Emulsion Concentrates/TEC)
b. Cairan yang dapat dilarutkan atau water-miscible liquids (Water-Soluble Concentrates/WSC, Liquid/L, Soluble Concentrates/SC, Soluble Liquid/SL)
2. Padat
a. Tepung, yang dapat dilarutkan (Water Soluble Powder/SP), yang dapat bercampur dangan air/alcohol (Wettable Powder/WP), dengan pelarut padat (Flowable/F atau Sprayable suspension/S)
b. Debu (Dust/D)
c. Butiran (Granule/G)
d. Umpan (Bait/B)
Selain itu, ada juga yang menggolongkan pestisida berdasarkan sifat-sifatnya, misalnya atraktan (menarik/pemikat, biasanya sebagai perangkap), repelen (menolak kehadiran), antifedan (tidak disukai untuk dimakan).
KODE DAN KOMPONEN PESTISIDA
Pestisida yang beredar dipasaran, dalam kemasannya dilengkapi dengan kode-kode baik berupa tulisan, simbol/warna maupun gambar (pictogram) yang menjelaskan kandungan, sifat, petunjuk penggunaan dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Setiap pestisida mencantumkan nama bahan aktif, formulasi, cara kerja, dosis atau konsentrasi serta cara penggunaannya.
Contoh : Winder 25 WP, Winder adalah merek dagangnya, 25 adalah kandungan bahan aktifnya (25%), WP adalah formulasinya (tepung). Di dalam kemasannya tertera juga bahan aktif (imidakloprid) serta dosis penggunaan pada jasad sasaran.
Agar lebih mengenal pestisida, perlu juga diketahui beberapa komponen yang terdapat di dalamnya (menyangkut sifat dan efikasinya) :
• Bahan aktif adalah produk khemis yang mengandung kemampuan insektisidaladjuvant adalah bahan yang memperbaiki kualitas bahan formulasi insektisida (memperbaiki penetrasi/absorbsi)
• agensi antidrift adalah senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi jumlah droplet halus hasil suatu noselkarier adalah bahan inert yang berfungsi sebagai pelarut atau matriks bagi bahan aktif
• bahan kompatibel adalah bahan yang dapat dicampur bersama tanpa mempengaruhi sifat masing-masing bahan
• agensi deflokulasi dipergunakan untuk mencegah penggumpalan/agregasi suatu padatan dalam larutan semprot.
• emulsifier adalah bahan surfaktan yang dipergunakan untuk menstabilkan suspensi caira dalam cair (mis. minyak dalam air)
• agensi pembusa adalah bahan kimia yang menyebabkan insektisida menghasilkan busa, sehingga mengurangi drift.
• penetran merupakan bahan additif atau adjuvan yang membantu insektisida bergerak bebas pada permukaan luar jaringan tanaman
• propelen adalah bahan inert dalam produk bertekanan (aerosol)
• surfaktan adalah bahan yang membantu mengefektifkan bahan penyelaras permukaan sasaran (emulsifier, bahan pembasah)--ada yang non-ionik (eter poliglikol dan oksida polietilen) ada yang ionik (anionik: SDS/kationik)
• suspensi adalah partikel halus yang dilarutkan ke dalam cairan (termasuk juga emulsi)